Sriwijaya FC Jadi Juara Liga Super Indonesia 2011/2012

Sriwijaya FC (Palembang) berhasil memastikan diri menjadi juara Liga Super Indonesia (LSI) 2011/2012. Kepastian itu diperoleh setelah dalam pertandingan LSI 2011/2012 mengalahkan Persela (Lamongan) 3-0 di Stadion Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Kota Palembang (Rabu, 20 Juni 2012). Meskipun Sriwijaya FC masih menyisakan empat pertandingan, nilai klub dari Kota Palembang itu tidak mungkin terkejar lagi oleh Persipura (Jayapura).

Berbicara tentang (kronologi) sejarah, persoalan waktu tampaknya menjadi salah satu faktor penceritaan. Coba perhatikan. Pertandingan Sriwijaya FC vs Persela dan Persipura vs Persisam Putra bermain dalam hari yang sama meskipun dalam waktu (jam) yang berbeda. Harap maklum, pertandingan Sriwijaya FC vs Persela berada di WIB (Waktu Indonesia Barat), sedangkan Persipura vs Persisam Putra berada di WIT (Waktu Indonesia Timur). Dampaknya, pertandingan Persipura vs Persisam Putra akan segera diketahui hasil akhirnya ketika pertandingan Sriwijaya FC vs Persela sedang berlangsung.

Jadi, seandainya dalam pertandingan di Kota Jayapura, Persipura ditahan imbang atau bahkan dikalahkan oleh Persisam Putra maka cerita sejarahnya akan berbunyi: “Sriwijaya FC memastikan diri menjadi juara LSI 2011/2012 setelah Persipura ditahan imbang/dikalahkan oleh Persisam Putra”. Begitu, bukan? Namun, cerita sejarahnya menjadi lain ketika Persipura menang 3-1 atas Persisam Putra. Karenanya, untuk memastikan diri menjadi juara LSI 2011/2012, Sriwijaya FC harus memenangkan pertandingan melawan Persela. Faktanya, memang seperti itu.

Perbedaan waktu yang hanya dalam hitungan jam atau bahkan hitungan menit memang dirasakan tidak ada bedanya. Semua dianggap terjadi dalam satu hari. Keadaan itu akan berbeda kalau terjadi dalam hitungan hari, minggu, bulan, atau bahkan tahun. Nah, perbedaan waktu itulah yang saya sering perhatikan ketika menulis cerita sejarah dalam blog ini. (Namun, perhatikan konteksnya ya?!). Karenanya, saya tersenyum ketika menulis Jerman di Piala Dunia 1990 adalah Jerman (tanpa Barat). Padahal salah satu peserta Piala Dunia 1990 adalah Jerman Barat. Perihal penulisan Jerman atau Jerman Barat memang tidak saya “persoalkan”. Justru yang “dipersoalkan” adalah (lebih kurang dengan kalimat): “Nama Jerman mulai dipakai sejak Piala Dunia 1990”. Bagaimana menurut pendapat anda?

Balik lagi ke Sriwijaya FC ya. Dengan hasil ini, Sriwijaya FC mencatatkan diri sebagai juara LI 2007/2008, juara LSI 2011/2012, juara Piala Indonesia 2007/2008, 2008/2009, dan 2010, serta juara Community Shield 2010 dan Inter Island Cup 2010.

Oh ya, siapa Sriwijaya FC? Saya sudah menulisnya dalam beberapa tulisan. Anda tinggal pilih dan pelajari baik-baik. Pertama, Sriwijaya FC adalah klub baru. Kedua, Sriwijaya FC merupakan kelanjutan nama dari klub profesional Persijatim Solo FC (meskipun di daftar PSSI saat itu diadministrasikan dengan nama Persijatim meskipun sebelumnya pun bernama Jakarta FC. Kita maklum saja lah karena PSSI belum mengaturnya).

Jika kita mengatakan bahwa Sriwijaya FC adalah klub baru maka nama Persijatim Solo FC harus dihapus dalam penulisan mendatang. (Biasanya dalam penulisan sejarah). Saya menulis, Persijatim Solo FC sebagai klub profesional sudah mati. Sebaliknya, jika kita mengatakan bahwa Sriwijaya FC merupakan kelanjutan nama dari klub profesional Persijatim Solo FC maka rekor Muri (Museum Rekor Indonesia) harus batal demi hukum. Rekor apa? Silakan anda cari sendiri!

3 Comments »

  1. […] dari Kekecewaan, Dr. Ibrahim Irawan menjadi Pelopor Media Berbahasa Indonesia di AmerikaSriwijaya FC Jadi Juara Liga Super Indonesia 2011/2012 body.custom-background { background-image: […]

  2. Selamat tuk Sriwijaya FC….

  3. 3
    ferdi Says:

    pertahankan aja


RSS Feed for this entry

Tinggalkan Balasan ke ferdi Batalkan balasan