Debut Timnas Indonesia vs Korea Selatan (1953): Dadakan, Cadangan, dan Kalah

Sebulan menjelang pertengahan April 1953. Saat itu, timnas Indonesia sedang mempersiapkan diri menuju Hongkong. Kelak, kita menyebutnya “PSSI Tour Hongkong” (Far Eastern) seperti halnya program “PSSI Tour Singapura” pada 1951. Rencana perjalanan pun sudah dipersiapkan: Hongkong, Bangkok, dan Rangoon. [Faktanya: Manila, Hongkong, dan Bangkok.]

Di tengah-tengah “pelatnas”, karena Indonesia masih menjadi negara baru (baca: NKRI yang normal pasca-1950), tentu PSSI masih mencari SDM (sumber daya manusia) yang bagus. Karenanya, di tengah-tengah “pelatnas” itulah digelar pula pelatihan-pelatihan dan kursus-kursus persepakbolaan yang dilaksanakan oleh Choo Seng Quee, pelatih asal Singapura, sebagaimana keputusan kongres PSSI.

Langkah Choo Seng Quee pun mulai digerakkan. Dalam sebulan itu, sambil bolak balik mengasuh “pelatnas”, Choo Seng Quee melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Indonesia. Lalu, selama dua minggu (“pelatnas” I) dan satu minggu (“pelatnas” II), Choo Seng Quee mengasuh para pemain “pelatnas”.

Tampak 34 pemain dipanggil. Sayang, dari 34 pemain, 4 pemain tidak bisa ikut serta, yaitu tiga pemain dari Surabaya (Pasqua, Phwa Sian Liong, dan Tiong Hoo) serta seorang pemain dari Bandung (Aang Witarsa). Aang Witarsa sendiri tidak bisa ikut serta karena sedang menjalankan studinya (sekolah).

Dalam perkembangannya, 30 pemain ditambah lima pemain yang berinisiatif atas biaya sendiri turut menjalankan “pelatnas”. Terlepas dari itu, satu hal yang menarik, yaitu dimasukkannya Maulwi Saelan atas nama Bandung. Ya, dalam catatan NovanMediaResearch, Maulwi Saelan adalah orang Makassar yang sempat wara wiri Jakarta-Bandung.

Akhirnya, dari 35 pemain “pelatnas” itu, sebanyak 18 pemain dimasukkan ke dalam skuad timnas Indonesia untuk “PSSI Tour Hongkong”. Jadilah, nama-nama tersebut seperti ini (disusun oleh NMR berdasarkan alphabet):

1. Anas Wiradikarta Bandung 10. Ramlan Yatim Medan
2. Bhe Ing Hien Surabaya 11. S. Darmadi Solo
3. Chaeruddin Siregar Jakarta 12. Saderan Surabaya
4. Djamiaat Dhalhar Jakarta 13. Sardjiman Yogyakarta
5. Kho Thiam Gwan Surabaya 14. Soegiono Jakarta
6. M. Sidhi Hardjosuwito Surabaya 15. Tan Liong Houw Jakarta
7. Marsidik Surabaya 16. Tee San Liong Surabaya
8. Maulwi Saelan Bandung 17. Van der Vin Jakarta
9. Ramang Makassar 18. Wim Pie Jakarta

Perjalanan “PSSI Tour Hongkong” Dimulai

Setelah ditetapkan 18 pemain, rombongan PSSI meninggalkan Jakarta menuju Manila pada 16 April 1953. Singkat cerita, tiga pertandingan dijalani timnas Indonesia di Manila. Bagi Indonesia, saat itu merasa kaget bermain sepak bola pada malam hari. Biasanya kan di Indonesia mereka bermain maksimal sore hari. Pada awalnya, para pemain Indonesia sulit mencetak gol karena kilauan lampu stadion. Toh sesulit apa pun, karena sudah beradaptasi, tim-tim Filipina pun gundul oleh pemain-pemain Indonesia.

Singkat cerita lagi, rombongan timnas Indonesia menjalani perjalanan “asli”-nya, yaitu menuju Hongkong. Direncanakan, timnas Indonesia akan menjalani tiga pertandingan plus satu (melawan Nan Hwa sebagai pihak pengundang). Pertandingan keempat tersebut bersifat “mungkin”.

Setelah menjalani tiga pertandingan itulah, tiba-tiba Nan Hwa (baca juga: HKFA) ingin mengadukan Indonesia dan Korea Selatan. Alasannya, pada waktu yang bersamaan, Korea Selatan sedang mengadakan tour-nya ke Hongkong sebagaimana Indonesia. [Saat itu, banyak tim yang berkunjung ke Hongkong karena di sini ada banyak tim yang jago-jago sehingga tim tamu harus pulang “menyakitkan”. Dua hari sebelumnya, Korea Selatan pun kalah 2-5 dari salah satu tim Hongkong.]

Indonesia vs Korea Selatan

Akhirnya, sampailah pada inti cerita NMR kali ini: Indonesia vs Korea Selatan. Agar dipahami para pembaca blog NMR bahwa pertandingan ini bisa dikatakan pertandingan dadakan. Indonesia tadinya tidak mau bertanding. Indonesia kecewa karena pihak pengundang sudah memuat jadwal pertandingan tanpa persetujuannya. Selain itu, para pemain timnas Indonesia tampak kelelahan untuk menjalani pertandingan. [Kelak, pimpinan tim dikritik karena tidak mampu merotasi pemain.]

Menjelang pertandingan melawan Korea Selatan, Indonesia hanya menurunkan pemain cadangan (7 pemain). Empat pemain lainnya sempat bermain dalam pertandingan-pertandingan sebelumnya. Bahkan Tan Liong Houw dianggap sebagai pemain cadangan karena belum sempat bermain dalam pertandingan-pertandingan sebelumnya. Bahkan Chaeruddin Siregar “tumbang” setelah pertandingan melawan Korea Selatan ini akibat menjadi starter dalam pertandingan-pertandingan sebelumnya.

Hasilnya, dalam pertandingan yang diwarnai permainan kasar dan tendangan penalti ini, Indonesia harus mengakui keunggulan Korea Selatan 1-3. Salah satunya, Djamiat Dhalhar gagal mencetak gol lewat penalti. Apa boleh buat, hasil akhir menciptakan catatan sejarah sampai hari ini. Ya, tim cadangan yang dikalahkan Korea Selatan.

Formasi pemain Indonesia ketika vs Korea Selatan: Maulwi Saelan (penjaga gawang), Sardjiman, Chaeruddin Siregar, M. Sidhi, Ramlan Yatim, Tan Liong Houw, Wimpie, S. Darmadi, Djamiat Dhalhar, Bhe Ing Hien, dan Soegiono.

Sebelum menuju tanah air, Indonesia bertanding terlebih dahulu di Bangkok. Ada dua pertandingan di sana. Rombongan timnas Indonesia pun tiba kembali di tanah air pada 4 Mei 1953.

Ramang

Dalam “PSSI Tour Hongkong” (Far Eastern) ini, muncullah nama Ramang sebagai bintang. Kehadiran Ramang sendiri bisa dikatakan ujug-ujug. Sebelumnya, di “pelatnas”, ia menggantikan Sunar. [Karena mencetak banyak gol di Manila, ada yang menulis “Ramang: Veritable Professor of Toplight Soccer”.]

Tinggalkan komentar