Kisah Liga Indonesia 2003

Kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia 2003 berlangsung pada 12 Januari 2003 sampai dengan 15 September 2003 –yang menyisakan satu pertandingan tunda: PSPS vs Arema 1-2 karena hujan. Inilah kompetisi sepak bola LI yang menerapkan sistem kompetisi penuh untuk pertama kalinya. Untuk pertama kalinya pula, Divisi Utama LI 2003 ini dijuarai oleh Persik Kediri. Pada masanya, hal ini merupakan kejutan tersendiri dalam sejarah persepakbolaan Indonesia.

Hasil dari kompetisi ini pula, Persik (juara) dan PSM (runner-up) tercatat sebagai peserta Liga Champions Asia 2004 yang juga untuk pertama kalinya –sebelumnya bernama Piala Champions Asia.

Jauh, sebelumnya, maksudnya sebelum putaran pertama Divisi Utama LI 2003 berakhir, dalam perkembangannya, Divisi I LI 2003 segera dimulai pada 13 April 2003. Ada dinamika di sini. Ada aspirasi dari peserta divisi I agar tim yang promosi ditambah jumlahnya dari dua tim menjadi empat tim. Hal itu dilakukan demi meramaikan persaingan kompetisi level kedua di Tanah Air tersebut.

Kubu Persela, salah satu peserta pertemuan tim 18 –dari 27 tim peserta divisi I– tetap pada komitmen awal. Ketua Harian Persela, Imam Trisno Adi, menilai permintaan tim 18 ini boleh dibilang telah mewakili 27 kontestan divisi satu. “PSSI harus melihat keseriusan kami,” tandas Imam sebagaimana dilaporkan tabloid BOLA edisi Selasa, 1 April 2003.

Pelatih Persebaya, Muhammad Zein Alhadad, pun bersikap sama. “Putuskan sesegera mungkin agar kita tak ragu-ragu lagi turun di kompetisi nanti,” ujarnya. Begitu pun Persikab, melalui Dadang Cahyat, pelatihnya.

Dalam perkembangannya, usulan tersebut diterima PSSI, tetapi “terpaksa” dengan cara “kompromis” –daripada tadinya usulan itu ditolak. Artinya, tidak semua empat tim langsung promosi ke divisi utama. Maksudnya, dua tim langsung promosi, sedangkan dua tim lainnya harus menjalani play-off promosi-degradasi.

Keputusan tersebut disambut suka cita oleh peserta divisi I. Bukan itu saja, tim-tim papan bawah divisi utama pun menyambutnya, tentu saja. Tim-tim divisi utama merasa agak bisa bernapas karena yang turun tidak langsung enam tim, tetapi cuma empat tim.

“Tim seperti Arema dan Persib yang suporternya banyak dan punya dukungan finansial kuat pada putaran kedua, bakal punya peluang lolos. Kalau enam langsung turun, habislah mereka,” ujar salah seorang pengurus PSSI dalam tabloid BOLA edisi Selasa, 15 April 2003. “Toh semua tim papan bawah atau yang punya kemungkinan langsung terdegradasi di liga utama sepaham. Mereka yakin masih bisa mengatasi tim-tim dari pentas divisi satu,” imbuhnya.

Kelak, Arema gagal, Persib lulus. Bukan itu saja, juara bertahan Petrokimia Putra pun harus turun ke divisi satu.

Tentu saja, aspirasi dari divisi I ini ada berkah bagi tim yang lolos.

Tinggalkan komentar